Rabu, 16 Maret 2016

ARTI KEBEBASAN MANUSIA

Dimanakah letak kebebasan itu? Letak kebebasan itu bukan ditubuh kita, bukan di dalam darah kita, bukan di daging dan di tulang kita dll. Kebebasan itu hanya ada di “kehendak”. Kebebasan itu tidak ada dimana-mana, hanya ada di "kehendak/keinginan". Darah kita tidak bebas, daging kita tidak bebas, tulang, pertumbuhan, pencernaan, jantung, paru-paru semuanya tidak bebas, semuanya di paksa. Yang bebas adalah hanya masalah "kehendak" atau "keinginan". - yang sebenarnya itu pun kita dipaksa untuk mempunyai keinginan bebas itu. 

Kita tidak bisa mempunyai keinginan yang tidak bebas dan itu pun sebenarnya kita dipaksa untuk memiliki kehendak bebas itu. Kalau kita sebagai manusia yang diciptakan oleh Tuhan, tapi kita tidak bisa bebas atau tidak mempunya keinginan bebas, maka kita tidak bisa disebut sebagai manusia - dan hal itu tidak mungkin, karena secara sadar atau tidak kita dipaksa oleh Tuhan untuk memiliki keinginan bebas itu.
Jadi, kebebasan itu adanya di kehendak. Segala sesuatu yang tidak mempunyai kehendak, tidak ada hubungannya dengan bebas ; seperti batu, kayu, besi dll. Semua itu tidak bebas. Bahkan hewan pun masih mempunyai insting dan kehendak bebas meskipun keinginan tingkat rendah, mereka punya keinginan tapi keinginan tingkat rendah. Flora pun punya keinginan, tapi keinginan yang sangat rendah sekali, misalnya, pohon selalu mencari jalur yang bisa menerima sinar matahari, sehingga pohon itu melengkung atau meliuk-liuk untuk mencari sinar matahari. Itu semacam punya keinginan tapi tidak dikaitkan dengan bebas. Yang dikaitkan dengan kehendak bebas itu adalah manusia dan Jin, bahkan malaikat pun tidak mempunyai kehendak bebas.

Mempunyai kehendak bebas atau tidak punya kehendak bebas, itu semua adalah sebuah bentuk paksaaan. Kebebasan itu tidak ada selain di kehendak. Seluruhnya terpaksa atau dipaksa oleh Tuhan, misalnya: bahwa karakter laki-laki berbeda dengan karakter perempuan atau bahwa laki-laki tidak bisa hamil, sementara yang bisa hamil hanya perempuan. Itu semua dipaksa oleh Tuhan dengan skala keadilan dan kebijaksanaannya.

Paksaan itu ada dua: Paksaan yang baik dan paksaan yang tidak baik/buruk. Kalau paksaan dari Allah semuanya baik, tidak ada bentuk paksaan dari Allah yang tidak baik; misalnya bahwa semua yang hidup pasti akan mati - itu pun paksaan, atau misalnya bahwa suara perempuan berbeda dengan suara laki-laki, itu juga bentuk paksaan dar Tuhan. Semua bentuk-bentuk sunatullah adalah paksaan .

Jadi kebebasan itu hanya sekelumit kecil dari diri kita namun sangat menentukan kemanusiaan kita, yaitu adanya kehendak atau keinginan. Jadi apabila ada pertanyaan ; apakah kita ini bisa berbuat bebas? Jawabannya tidak bisa kecuali hanya dalam masalah kehendak/keinginan saja. Itu pun nanti, karena bentuknya bebas; misalnya kita boleh begini, boleh begitu, bisa begini dan begitu, itu semua terkait dengan yang namanya syariat. Misalnya Allah memerintahkan agar kita ini bijak atau Allah memerintahkan agar kita berbuat baik itu semua merupakan syariat dari Allah dan terlaksananya syariat itu tergantung kepada kebebasan kita; kita mau taat kepada Tuhan atau kita mau ingkar kepada Tuhan, kita diberi kebebasan untuk memilih. Kita mau ingkar bisa, mau taat juga bisa, itu kebebasan kita untuk memilih. Justru karena ada nilai kebebasan itulah maka kemudian timbul adanya nilai baik dan nilai buruk. 
Kalau kebebasan tidak ada maka tidak akan ada nilai baik dan nilai buruk itu. 
Misalnya ada sebuah mobil yang nabrak sana nabrak sini. kita tidak bisa menyebut bahwa mobil itu buruk sementara mobil yang lain baik atau mobil itu hina misalnya, karena bukan kehendak mobil itu nabrak sana dan nabrak sini, karena itu semua adalah kehendak si supir atau kelalaian si supir. Karena mobil tidak mempunyai kebebasan untuk memilih yang baik atau yang buruk. 

Jadi jika sesuatu disana tidak ada kebebasan, maka tidak ada nilai baik dan nilai buruk, tidak ada nilai mulia dan tidak ada nilai hina. Adanya nilai baik dan buruk, adanya nilai mulia dan hina karena adanya bentuk kebebasan, yaitu kebebasan berkehendak. Semua aktifitas, fikiran, imajinasi maupun tingkah laku kita itu dimulai dari kehendak/keinginan, sehingga ada doktrin besar dalam BMKD ini, yaitu namanya: “Waspadai niat”, itulah kunci kesuksesan manusia, karena kalau niatnya baik tidak mungkin dia melakukan keburukan. 

Timbul pertanyaan “Apakan dijamin kalau seseorang yang mempunyai niat baik pasti dia akan melakukan kebaikan?” Terkadang ada orang yang berniat baik tetapi akhirnya dia berbuat tidak baik/ buruk…? Kalau hal itu terjadi pasti sebelumnya dia melakukan pembelokan niat, yang tadinya berniat baik kemudian berubah niatnya menjadi buruk, maka terjadilah perbuatan buruk. 

Manajemen bebas dapat diuraikan dalam sebuah teori yang disebut teori niat. Niat itu adalah sesuatu tugas dimana kita diwajibkan untuk me-manage-nya, karena di situ ada kebebasan kita untuk bisa berbuat baik atau berbuat buruk, maka timbul adanya formula yang disebut: “Waspadai Niat.” Lalu apa yang bisa sangat membantu agar seseorang lebih mudah untuk memanage niat dengan benar..? alatnya adalah formula yang yang pertama yaitu “Fokus Tujuan”. Fokus tujuan itu berkaitan dengan tauhid.
“Fokus Tujuan” itu berkaitan dengan marifatullah, awaluddin. Niat itu merupakan suatu bentuk kebebasan kita, maka kita akan sangat mudah untuk mengatur niat apabila kita mempunyai nilai-nilai Tauhid dalam diri kita. Hanya dengan tauhid yang benar-lah kita dapat menggunakannya sebagai alat untuk menuju tujuan yang benar. Niat adalah “anak” dari tujuan, dan perbuatan adalah "anak" dari niat. Atau niat adalah akibat dari adanya tujuan, kalau tujuannya baik pasti niatnya baik. Tujuan itu suatu yang akan kita raih didepan sementara niat itu sesuatu yang ada sebelum adanya perbuatan. Perbuatan itu adalah akibat dari adanya niat, disitulah keterkaitannya dengan kebebasan. 

Kita hanya punya kebebasan, yaitu bebas memilih yang sudah ada. Kita tidak akan bisa memilih sesuatu yang tidak ada alternatifnya. Makanya kebebasan seseorang itu sangat dipengaruhi oleh ilmunya. Semakin orang tidak tahu maka semakin dia tidak punya kebebasan, misalnya kita disuruh memilih sesuatu yang kita sendiri belum tahu apa yang akan kita pilih itu? apakah bisa? Jadi orang semakin bodoh semakin tidak bebas. Bayi itu tidak ada yang bebas karena belum tahu apa-apa, sebaliknya semakin banyak ilmunya maka semakin lebar alternatif-alternatifnya untuk dipilih. Semakin wawasannya luas, semakin pandai, semakin berilmu, maka semakin luas kebebasannya. 

Jadi “kebebasan” itu hanya masalah kehendak/keinginan, tidak dengan masalah yang lain-lain, tidak dengan masalah otak, mata, telinga, tidak dengan masalah apa-apa, tapi hanya masalah kehendak. Baru nanti setelah punya kehendak, kepalanya melaksanakan kehendak, telinganya melaksanakan kehendak, matanya, mulutnya melaksanakan kehendak dan itu semua merupakan pelaksana-pelaksana dari kehendak. Dengan kehendak itulah kita diberi kebebasan untuk berkehendak apa. 
Disamping itu kita juga diberi “alat” yang disebut sebagai “pedoman-pedoman”; misalnya kalau kita ingin menjadi manusia yang sukses dan baik, kita diberi pedoman untuk mengambil jalan yang sudah ditentukan dan arahnya memang menuju kepada jalan kebaikan dan kesuksesan itu, dan kita dilarang mengambil jalan yang selain itu misalnya. Kemudian nanti ada lagi hal-hal yang sangat penting dan baik yang disebut dengan wajib, dan hal-hal yang sangat buruk yang disebut dengan haram. Itu semua merupakan tuntunan/pedoman terhadap kehendak. 

Kehendak itu tidak bisa dipaksa untuk bebas yang sebebas-bebasnya dan tidak bisa untuk menginginkan segala hal, karena kehendak itu dibatasi oleh alternaatif-alternatif, jadi kebebasan itu hanya untuk memilih yang sudah di-alternatif-kan. Misalnya begini; seorang lelaki bisa memilih lelaki, karena lelaki itu sudah ada, atau mau memilih perempuan misalnya, karena perempuan itu juga sudah ada. Tapi jika seorang lelaki memilih jenis yang bukan lelaki dan bukan perempuan dan bukan waria maka hal itu tidak mungkin bisa. Jadi semua itu dibatasi oleh alternatif-alternatif dan tidak bisa bebas memilih sebebas-bebasnya dan semau-maunya. 
Jadi kebebasan itu tempatnya terkait dengan keinginan dan kehendak dan prakteknya dibatasi dan dipaksa oleh alternatif-alternatif yang sudah ada.

Misalnya ; “Nilai”, nilai itu hanya ada nilai yang baik dan nilai yang buruk. kita mau memilih yang lain tidak bisa, karena hanya ada dua nilai, yaitu: nilai yang baik dan nilai yang buruk. Nilai yang baik itu nanti ada yang wajib, sunah atau mubah, sementra nilai yang buruk itu ada yang haram dan makruh, kita tidak bisa memilih selain itu. kita tidak bisa memilih yang baik dan yang buruk secara bersamaan sekaligus karena kita dipaksa oleh alternatif-altrnatif yang ada yang sudah disediakan oleh Tuhan.

Kebebasan itu sesuatu yang bisa kita pilih, namun pilihannya dibatasi oleh alternatif-alternatif yang sudah diadakan, jadi tidak pernah ada kebebasan yang difahami sebagai “sebebas-bebasnya”. Dan perlu digaris bawahi bahwa kita mempunyai kebebasan ini pun adalah suatu paksaan. 
Jadi hidup kita di dunia ini penuh dengan keterpaksaan. Dan hanya satu yang tidak dipaksa yaitu: "kehendak". 
Tapi itulah yang menjadi inti kemanusaiaan kita, jadi inti kemanusiaan kita adalah bagaimana kita dapat me-manage kebebasan yang hanya terdapat ada pada kehendak itu. Maka inti dari baik buruknya manusia adalah tergantung dari bagaimana kita mampu me-manage kehendak itu. Jadi kalau seseorang dapat me-manage kehendak, kemudian kehendaknya menjadi baik, maka ia akan menjadi manusia yang baik, sukses, bahagia, damai dan sejahtera. Dan untuk itu semua dibutuhkan banyak perangkat-perangkat agar kita mampu me-manage kehendak kita. Jadi dibutuhkan usaha-usaha dan jerih payah kita untuk memanage kehendak tersebut. Maka usaha-usaha kita tersebut bisa disebut sebagai Jihad yang paling besar. Jadi Jihad yang mampu me-manage kehendak adalah jihad terbesar. 
Jihad terbesar adalah jihad untuk memanage kehendak yang disebut Jihadul Akbar atau jihadul Nafs, yaitu berjuang, bekerja keras atau serius. 
Jihad itu ada yang baik dan ada jihad yang buruk, misalnya berjuang, bekerja keras tapi niatnya buruk, maka jihadnya menjadi jihad yang buruk. Jihad yang terbaik adalah jihadunnafs yaitu perbuatan yang mampu memanage kehendak. 

Wassalam…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar