Kamis, 17 Maret 2016

FUNGSI AGAMA

Sering kita dengar bahwa agama itu adalah sebagai pedoman hidup, kita diberi hidup dalam tempat tertentu, dalam posisi tertentu, situasi tertentu dan di lingkungan tertentu. 

Di lingkungan kita ada makhluk lain, ada alam fisik dimana di setiap makhluk itu ada hukumnya masing-masing, maksudnya ada hukum alam, ada hukum di dalam manusia, ada hukum di dalam hewan atau bisa juga disebut sebagai kadar. 
Kadar manusia berbeda dengan kadar hewan, kadar hewan berbeda dengan kadar tumbuhan, kadar tumbuhan berbeda dengan kadar tak tumbuh, masing-masing ada hukumnya. 

Kita hidup di alam dunia, di dunia ada alam; alam fisik dan alam non fisik, masing-masing juga ada hukumnya. 
Lalu bagaimana kita menyesuaikan diri kepada semua hal itu? Bagaimana kita menyesuaikan diri agar kita selaras dengan makhluk yang ada dan hidup bersama kita..? agar hidup kita bisa selaras dengan semua makhluk yang ada di sekitar kita kira-kira kita butuh pedoman tidak..? Kalau nggak ada pedoman berarti Tuhan "pelit" atau Tuhan "Tidak sempurna".

Kalau ada pabrik Mercedes, dia mengeluarkan mobil Mercy tapi tanpa dilengkapi buku panduan, tanpa manual, kira-kira gimana? sempurna nggak pabrik mobil itu? Sekarang, kalo kita membeli Hand Phone (HP) dimana buku manualnya tidak menggunakan bahasa Indonesia, barang tersebut bisa kita dianggap sebagai barang "Black". 
Karena buku manual itu sangat penting. Kita beli kulkas ada buku manualnya, kita beli komputer ada buku manualnya, kita beli HP ada buku manualnya.. masak hidup kita tidak ada manualnya? Siapa yang paling tahu tentang manual itu? Ya pabriknya, yang membuat yang paling tahu. 

Bahwa hidup kita di dunia ini banyak sekali yang berada bersama kita, baik dari jenis manusia, jin, malaikat, ada binatang, ada tumbuhan dst. Ada alam syahadah, ada alam ghoibah, ada alam fisik, ada alam non fisik dst. Belum lagi ada hukum-hukum yang terkait dengan hukum sebab akibat dan ada hukum-hukum yang terkait masa depan. Bagaimana kita bisa menyesuaikan dan selaras dengan alam itu, selaras dengan manusia lain, selaras dengan hewan, selaras dengan tumbuh-tumbuhanan, dengan galaxy-galaxy, dengan hukum sebab akibat, selaras dengan masa depan, bisakah tanpa manual? Apa kita cari-cari sendiri manualnya? Apa malah kita bikin sendiri manualnya? "Saya khan hidup.. hidup sendiri.. ya saya bikinlah aturan-aturan saya sendiri.." atau " Ini khan negara kita.. ya kita bikinlah aturan sesuai dengan kebutuhan negara kita.." Emang hebat kita? Tiba-tiba bikin manual sendiri, emang kita tahu tentang itu semua? Emang kita pabriknya? Masak kita beli Mercy kemudian manualnya kita bikin sendiri? Masak saya beli komputer terbaru, pentium V (kayaknya blm ada ya..?) kemudian saya bikin aturannya sendiri, padahal saya ini pembeli. Yang berhak dan valid mengeluarkan manualnya, ya pabriknya. Kalo pabriknya itu mengeluarkan komputer pentium V tanpa diberikan manualnya, ya siapa yang mau beli? Bagaimana memanfaatkan komputer itu? Begitulah kira-kira agar kita lebih mudah untuk menarik dengan cara berfikir kita untuk menjawab pertanyaan " Apa sih fungsi Agama?" jawabnya sangat berfungsi, untuk apa? Untuk memberi panduan dan pedoman hidup, kenapa? Karena yang paling tahu adalah Tuhan, wong yang menciptakan Tuhan..

Jadi hati-hati kalo kita tidak terima manual dari Tuhan kemudian kita bikin manual sendiri. Emang kita pabriknya? Logis nggak? Kadang kita mengabaikan tentang Ketuhanan Yang Maha Esa. Kita hanya berdasarkan kepada kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Padahal sila Nomor 1-nya adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Apakah kita boleh bermusyawarah? Boleh. Apakah kita boleh memutuskan bersama-sama secara mufakat? Boleh. Tapi jangan pernah meninggalkan Ketuhanan Yang Maha Esa, kenapa? Karena kalau kita meninggalkan Tuhan, kita akan seperti anak terlantar, seperti anak tanpa ibu, seperti murid tanpa guru, seperti makmum tanpa imam, seperti rakyat tanpa pemimpin, kenapa? Karena kita tidak memposisikan Tuhan sebagai Tuhan, termasuk di dalam masalah bagaimana kita membuat manual hidup. Tuhan sudah kasih semua itu.

Mari kita pelajari bersama-sama, kalau daya tangkap kita berbeda, itu logis. Sama-sama bersumber dan merujuk kepada agama, tetapi kok terjadi perbedaan? ya.. itu nanti kita lihat bagaimana mekanisme mempelajari itu. 
Bukan ahli tafsir menafsiri ayat sendiri. "Barang siapa yang tidak menggunakan hukum-hukum Allah maka dia kafir..!!" akhirnya mengkafirkan orang. Padahal dia sendiri yang menafsirkan ayat, bukan ahli tafsir. Kita beragama tapi memojokkan orang, kita beragama tapi menghakimi orang padahal bukan hakim. Kita beragama tapi mengkafirkan orang, padahal kita bukan alat ukur kafir dan tidaknya seseorang. "Barang siapa yang tidak ikut group kami..Kafir..!!" (sekarang lagi ngetrend tuh..) "Jika anda tidak hijrah kepada sistem khilafah kami, maka anda adalah musuh kami karena anda adalah orang kafir meskipun anda orang muslim..." Coba kita bahas apa itu khilafah? Apa bedanya dengan imamah? Apa arti negara? Apa bedanya dengan pemerintahan? Apa itu politik Islam? Coba kita bahas dan kita kupas dulu, belum apa-apa sdh mengkhafirkan orang.

Kadang-kadang agama itu disalahfungsikan. Untuk apa? Ya untuk membentengi diri, untuk menjadi bemper. Misalnya Kata "Subhanallah" sekarang menjadi istilah agama karena kadang-kadang diucapkan di tempat dan di situasi yang sangat tidak relevan. 
Ada yang teriak "Allahu Akbar..!!" sambil melempar batu, sambil merobohkan pagar. Itu namanya menyalahfungsikan arti istilah-istilah agama. 
Apakah agama secara keseluruhan bisa disalahfungsikan? Jawabnnya sangat sangat bisa!, apakah Imamah dan khilafah bisa disalahfungsikan? Jawabannya sangat bisa! Dan Ketuhanan pun bisa disalahfungsikan. Akhirnya Tuhan bukan menjadi Tuhan kita yang sesungguhnya, tapi Tuhan kita jadikan sebagai pembantu kita, dan yang jadi Tuhan adalah saya.

Tapi fungsi primer/fungsi asli dari agama itu adalah, sebagai panduan dan pedoman dalam kehidupan agar kita bisa hidup selaras dengan makhluk-makhluk lain yang ada bersama kita, baik yang jasmani maupun rohani, yang fisik maupun non fisik, yang ada di bumi maupun diluar bumi termasuk masa kini dan masa depan agar hidup kita bisa selaras, semakin baik dan semakin sempurna. Semua itu dibutuhkan yang namanya Agama. 
Dan yang lebih baik lagi apabila diikuti dan dibarengi oleh ahli agama, bukan hanya sekedar "agama", tetapi diikuti oleh contoh-contoh, oleh ahlinya, rujukannya atau pusat referensinya. Itu semua harus disertakan, bukan hanya panduannya atau pedomannya tetapi harus termasuk contohnya, ahlinya, gurunya. 
Kalau kita hanya mengacu kepada sunah dan kitabnya, lalu ahlinya kita tinggalkan atau "dosennya" ditinggal, lalu Kita ambil kitab-kitabnya kemudian kita fahami sendiri, kita eksplorasi sendiri atau kita simpulkan sendiri-sendiri. bagaimana jadinya agama ini..?

Jadi, kalau kita mau lebih serius dan lebih detail dalam agama, jangan hanya berpegang kepada konsep, tetapi lebih kepada sistem, dimana didalamnya ada ajaran dan ada "gurunya", di dalam ada kitab dan ada ahlinya. 
Kalau kita asyik berteriak "Mari kita kembali kepada Qur'an dan Hadits". Itu berarti kita hanya kembali ke kitab. Coba sekarang kita kembali ke "pak Dosen", kita kembali ke ahlinya, jangan hanya kembali ke kitab kemudian kita eksplorasi sendiri padahal kita tidak memenuhi syarat disitu.

Kadang orang semakin beragama kok semakin begitu? Waktu dia belum serius beragama dia mempunyai toleransi yang besar, tetapi begitu dia serius mempelajari agama, dia mulai membenci agama lain, mulai membenci pihak lain yang berbeda aliran. Bahkan ketika dia lebih serius lagi mempelajari agama, dia bahkan berani menyakiti orang tuanya dll. Katanya demi berjihad kepada Allah.. waduh

Semoga kita selalu berproses dan terus bersemangat dalam mencari kebenaran yang lebih tinggi, sehingga tidak mandeg, karena kalau kita mandeg di fase yang belum matang, itu sangat berbahaya.

Wasalam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar